Tersebutlah Portalreksadana.Com, sebuah portal yang memuat informasi seputar Reksadana tentunya, Tips dari Perencanaan Keuangan yang berkaliber International, Strategi Entry & Exit ala kontibutornya dalam sebuah reksadana, . Portal ini adalah sebuah portal yang diawali dan tumbuh dari rasa "SOSIAL" dalam memberikan informasi, pendidikan tentang Reksadana, Portofolio Reksadana dan Informasi mengenai Manajer Investasinya....Kenapa dikatakan "SOSIAL", karena semua informasi diakses secara gratis dan Bro Autogebet Sang Pioner, Pencetus yang sangat resposive atas permintaan dari para member yang terus bertambah dari hari kehari. Berdasarkan statistik yang ada saat ini sudah ada 2500 member... (sebelumnya sudah 3000an...tapi sejak ada tragedi traffic yang menelan database comment dan diskusi yang sangat hidup, beberapa user id member hilang), tapi sekarang sudah mulai menanjak lagi, mudah2an sejalan dengan IHSG ditahun 2008 nanti.
Dari kejadian itu, saya berpikir dimana portal ini harus diselamatkan agar salah satu misinya memberikan informasi mengenai investasi reksadana secara gratis dan menjadikan masyarakat indonesia yang melek investasi bisa terealisasi. Coba-coba deh....... usulkan Donasi untuk Portalreksadana.com agar dapat menyewa dedicated server yang lebih baik untuk menjamin kenyamanan member mengakses dan berdiskusi. Selama 2 minggu lebih saya perhatikan respon dari member ternyata sangat baik. Bayangkan saja belum 1 Minggu feature donasi diaktifkan oleh Sang Pioneer, sudah ada member yang register untuk mendonasikan dananya untuk portal ini, seperti Renaisanto, Risyadmum, Masmin, Anakbali dan Ningsih dan menunggu member-member yang lain.
Cerita dibelakang Donasi ini adalah rasa terharu terhadap effort yang diberikan oleh Sang Pioneer dalam memberikan layanan dalam portalreksadana ini, karena disela-sela waktunya Sang Pioneer yang notabene adalah seorang pekerja (*kalau tidak salah info, sang pioneer ini pemilik salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang IT) masih menyempatkan untuk menyediakan tools yang diminta oleh para membernya. Apalagi sejak ada tragedi membludaknya traffic, Bro Autogebet dengan motto "Tetap Semangat"nya mencoba mengumpulkan puing-puing comment, diskusi dan postingan, namun tanpa disangka-sangka Sang Pioneer mencoba menormalkan kembali portalreksadana.com dengan menambahkan feature baru, yaitu My Plan dan Komparasi Kinerja Reksadana. My Plan merupakan feature baru untuk perencanaan keuangan keluarga seperti pendidikan, anak, pensiun, beli mobil, atau apa pun untuk rencana keuangan keluarga kedepan. Dengan tools ini saya dapat mengetahui nilai yang harus disisihkan untuk mencapai angka yang saya tetapkan dengan memperhitungkan nilai inflasi dan target retun dari suatu investasi. Woowwww...Tool ini sebelumnya ditetapkan untuk para donatur saja namun belakang karena jiwa sosialnya tergelitik, maka Sang Pioneer menetapkan bahwa tool ini bisa digunakan oleh semua member portalrekasadana.com...Gratis lagi....!!!
Masihkah terlalu mahal kah bagi membernya memberikan donasi secara sukarela untuk kelangsungan portalreksadana.com yang memberikan keluasan wawasan, informasi dan pengetahuan tentang Investasi Reksadana.....? Itu semua kembali kepada saya, anda dan semua yang mendapatkan keuntungan tersebut, apakah hal itu akan kita pertahankan atau saya, anda dan semua akan kehilangan informasi tersebut karena shared server yang digunakan tidak mampu "menahan" hits klik mouse membernya yang haus akan informasi di portal ini.
Ini adalah tulisan secara pribadi yang mengajak para member, atau mungkin pembaca yang ingin menjadi member untuk tetap mengharapkan portal ini beroperasi. Terimakasih untuk Sang Pioneer - Autogebet yang Tetap Semangat dan Para Kontributor atas postingan dan tipsnya
Read More...
Donasi untuk Portalreksadana.com - Portal Informasi Gratis Reksadana Pertama di Indonesia
3:51 PM | Review with 1 comments »Saat ini..saya sedang memprediksi dari performance sebuah reksadana, berdasarkan analisa dari salah satu kontributor di portalreksadana.com, dimana pada tanggal 22 Oktober nanti ada kemungkinan terjadi koreksi yang cukup dalam pada IHSD dan ini benar2 terjadi, sayangnya saya baru baca analisanya pada tanggal 22 Oktober 2007 jam 10.00. Tapi apa boleh buat karena ilmunya masih cetek jadi akhirnya saya putuskan untuk tahan investasi tersebut.
Nah... yang menarik jika dicermati dalam komentar tersebut " ...Saya akan monitor terus jatuhnya sampe berapa, kalo ada indikasi pattern reversal / bouncing back ya kita ikut lagi masuk reksadana ....". kalau dihubungkan dengan data yang ada per sesi pertama hari ini tanggal 23 Okotber 2007, IHSG menanjak 80 poin...apakah ini arti dari pernyataan diatas. Tidak ada yangtau mengenai hal ini, tapi saya ingin putuskan bahwa perhari ini saya seharusnya masuk kembali untuk invest di RD, tapi karena sekarang sudah siang ...saya postphone melihat perkembangan nanti sore bagaimana.
Dari sini saya bisa belajar bahwa koreksi yang dalam bisa menjadi momentum untuk membali reksadana tambahan jika setelah itu terjadi rebounce..
Sebagai lulusan sebuah universitas ternama di Yogyakarta, Indah sebut saja
namanya, cukup banyak memiliki kesempatan untuk dapat lolos seleksi tahap
pertama, yaitu seleksi administrasi, apalagi dengan IPK diatas 3. Bukan
hal yang sulit untuk lolos pada tahap ini.
Selanjutnya, Indah mendapatkan panggilan untuk mengikuti proses seleksi
tertulis dan dilanjutkan interview. Mungkin banyak yang tidak mengetahui
apa saja yang sebenarnya ditanyakan pada saat interview...mencoba bertanya
kepada kandidat yang sudah mendapat giliran lebih dahulu, jawabannya ..."
Yang ditanya pengalaman waktu kuliah, aktivitas keseharian diluar kampus
hingga hobi, yang bersifat umum biasanya ditanya latar belakang keluarga,
kerjaan orang tua, kemudian apa yang dilakukan pada waktu senggang,
bagaimana proses belajar...apakah menemui kesulitan... paling itu saja"...
Dipikir-pikir pertanyaan itu tidak perlu dihafal, tinggal jawab saja
karena semuanya sudah ada jawabannya pada diri kita masing-masing. Tapi
anehnya kok banyak juga yang gagal ya....!!! Aneh bin ajaib... Lha wong
jawabannya yang itu kandidat yang paling tau...tapi kok
....aneh...aneh....!!!!
Tulisan diatas mewakili piliran saya yang mencoba mengira-ngira apa yang
ada dalam benak para kandidat saat mereka mengikuti proses seleksi tahap
interview dan reaksi mereka ketika melihat hasilnya dimana beberapa dari
mereka tidak tercantum namanya pada papan pengumuman. Padahal mungkin
mereka sudah menceritakan semua atas pertanyaan yang diberikan.
Teman-teman ku yang baru saja lulus, selamat sebelumnya buat kamu telah
menyelesaikan pendidikan tingginya. Saya ingin berbagi mengenai kejadian
diatas yang mungkin pernah kalian alami.
Dalam proses interview, di beberapa perusahaan menerapkan pola interview
yang berbasiskan tingkah laku atau kerennya disebut dengan Behavioural
Event Interview (BEI). BEI ini memfokuskan penggalian kompetensi melalui
perilaku sesorang yang dilakukan dimasa lalu dalam satu situasi tertentu,
dimana perilaku masa lalu dapat memprediksi perilaku masa depan.
Nah..untuk itu, ada beberapa hal perlu dipersiapkan jika kamu mendapat
panggilan untuk interview, dan perusahaan tersebut menggunakan tehnik ini.
Untuk mengidentifikasi tehnik interview ini biasanya intervewer mengajukan
beberapa pertanyaan seperti berikut ini :
Coba berikan contoh peristiwa yang spesifik, ketika kamu menghadapi suatu
masalah disaat kondisi kamu sedang tertekan. Apa yang kamu lakukan..?
Ceritakan pengalaman kamu ketika harus memimpin sutau regu atau kelompok
disejolah / kampus / organisasi..!
Ceritakan peristiwa ketika tugas / pekerjaan yang kamu kerjakan menemui
kesulitasn dan belum selesai juga pada saat dead line..!!!
Karena yang ditanyakan biasanya tentang masa lalu, maka agar kamu juga
tidak terlalu lama berpikir untuk mengingatnya atau mungkin mengarangnya
(heh...tidak boleh mengarang ya..nanti ketauan loh...karena ada indikator
diwajah kamu kalau kamu mencoba untuk mengarang cerita), ma ka kamu
persiapkan antara lain :
Buat daftar akitivitas yang berkesan selama kamu kuliah atau mengikuti
organisasi yang berfokus pada leadership, problem solving, influence
others, decision making, team work, team handling, people handling dan
lain-lain. Dari daftar tersebut kelompokan setiap peristiwa sesuai dengan
fokus yang ingin diceritakan dan mulailah dari hal yang negatif dan
kemudian akhiri dengan hal yang positif tentunya yang melibatkan peran
kamu dalam cerita tersebut.
Cari informasi mengenai perusahaan di websitenya, kenali jenis usaha dan
produknya untuk memudahkan kamu mengidentifikasi perilaku-perilaku apa
saja sih.. yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut ada pada karyawannya.
Dalam bercerita fokuskan pada peran kamu dalam peristiwa tersebut. Apa
yang kamu lakukan, katakan, rasakan dan bagaimana reaksi kamu dan terakhir
apa hasilnya dari semua peran yang kamu lakukan.
Terakhir, buatlah resume seunik mungkin, jangan pernah menggunakan format
yang sama peserta lain apalagi menjiplaknya.
Read More...
Menarik membaca artikel Mas Yodhia tentang di empat dimensi kepribadian dan cukup powerfull jika ternyata setelah 10 tahun hasilnya masih relevan dengan kepribadian testee (Mas Yodhia)
Menanggapi artikel tersebut, Saya melihat ada celah yang bersifat uncontrollable ketika kandidat melakukan pengisian pernyataan yang ada, dimana kandidat bisa melakukan analisa yang terlalu dalam yang mengakibatkan hasilnya error (overachiever) atau bahkan tidak mencerminkan pribadi sesungguhnya karena pada waktu mengisi kandidat sangat dimungkinkan untuk menggambarkan dirinya pada posisi yang menjadi target. Misalnya saja jika kandidat akan mengisi posisi Sales Reps. maka ada kemungkinan kandidat berupaya berperilaku (berandai-andai) sebagai seorang sales reps. dan hasilnya sesuai dengan pola yang kita harapkan yaitu pola SR (misalnya, pola DI), pada kenyataannya pola pribadi kandidat tdk seperti itu.
Tools ini memang sangat effisien untuk mengungkap kepribadian sesorang dalam waktu cepat dan saya berpikir jika pola-pola (DISC) karyawan dalam satu departemen digabungkan menjadi satu maka akan terbentuk pola "kepribadian dari department tersebut dan jika dihubungkan dengan departement lainnya, mungkin kita bisa mengidentifikasi pola komunikasi lintas departemen seperti apa yang dapat menciptakan hubungan yang harmonis. Kemudian muncul pertanyaan apakah DISC ini bisa diimplementasikan untuk mengungkap hal tersebut..?
Read More...
Direncanakan bulan ini divisi saya akan menjalan program akselerasi untuk technician yang direkrut dengan latar belakang D3. Tehnik Electro yang diambil dari Politehnik Bandung. Program ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan mendesak dari bisnis yang ada di divisi saya, meskipun sebenarnya corporate juga memiliki program pengembangan untuk serviceman yang dikenal dengan program pengembangan Technician Talent Pool (TTP).
Namun, melihat materi pengetahuan yang diberikan pada program pengembangan TTP ini masih bersifat basic sekali, sedangkan kebutuhan yang ada adalah technician pada level 3. Nah...untuk itulah dibuat program akselarasi ini dengan memadatkan materi-materi yang jika dijalankan melalui program regular memerlukan waktu sekitar 5 tahun untuk sampai pada posisi yang diharapkan, namun melalui program akselerasi ini kita dapat mendapatkan technician dengan skill yang sama dengan level 3 memerlukan waktu hanya dalam 2 tahun yang secara intensif diberikan pelatihan baik in class maupun praktek pasca in class training dan tentunya evaluasi pada setiap selesai OJT di cabang.
Satu minggu yang lalu, 8 orang sudah direkrut untuk masuk dalam program akselerasi "Electrician" dan direncanakan pada tanggal 24 September 2007 masuk kedalam kelas di training center. Pelatihan ini terdiri dari beberapa 5 sesi in class training dan OJT untuk pemantapan materi dikelas. Untuk in class training pertama akan diberikan pengetahuan dasar tentang cara kerja sebuah unit atau engine yang mana merupakan fundamental system sebelum mereka diberikan pengetahuan yang lebih advance. Materi pelatihan ini diberikan selama 6 minggu.
Menjelang pelatihan tanggal 24 September 2007, 8 trainee ini sudah diberikan induction dari sisi kepersonaliaan, safety, juga materi tentang motivasi "transformasi emosi". Dari hasil induction ini diakui oleh para trainee sangat membantu mereka dalam membangun motivasi bekerja dengan sikap mental pekerja bukan lagi sikap mental pelajar. Namun, melambungnya motivasi mereka dalam menghadapi program akselerasi ini sangat mudah sekali runtuh dengan informasi yang memberikan pengaruh negatif dari rekan seniornya, mengenai harapan sukses bekerja diperusahaan ini. Hal ini saya ketahui setelah mereka meminta untuk dilakukan ulang induction dari sisi kepersonaliaan yang cukup mengagetkan saya.
Ada pelajaran yang saya dapatkan dari kejadian diatas, bahwa merekrut seorang fresh graduate dalam jumlah yang cukup banyak berasal dari satu institusi pendidikan cenderung menimbulkan emosi sosial kolektif yang dapat berakibat baik dan juga buruk tergantung informasi / impulse yang diterima oleh mereka. Kalau ternyata informasi
ini tidak segera diklarifikas dapat menyebabkan kegamangan trainee dalam mengikuti program akselerasi. Kematangan pemikiran dalam memilih sebuah pekerjaan sangat dipengaruhi lingkungan sosial dan lingkungan kerja yang bersifat uncontrollable, namun dengan pemberian materi tentang tranformasi emosi terkait pembangunan motivasi mereka sangat membantu menjaga motivasi agar tidak jatuh terlalu jauh ketika adanya kontaminasi dari pihak luar.
Semoga program ini dapat berjalan mulus setelah dilakukannya sesi tanya jawab terkait dengan kebimbangan trainee mengikuti program. Semoga saja...!!!
=========================================================================== This email is confidential. If you are not the addressee tell the sender immediately and destroy this email without using, sending or storing it. Emails are not secure and may suffer errors, viruses, delay, interception and amendment. The Trakindo Group of Companies do not accept liability for damage caused by this email and may monitor email traffic. Unless expressly stated, any opinions are the sender's and are not approved by the Trakindo Group of Companies and this email is not an offer, solicitation, recommendation or agreement of any kind. =========================================================================== |
Siapakan yang akan menjadi target untuk anda pengaruhi dan berikan motivasi..?
Pertanyaan diatas sangat penting untuk dijawab khususnya dalam bagi para pemimpin sebuah organisasi atau tim kerja, karena sebagai seorang pemimpin tidak akan mampu melakukan pekerjaan secara efektif dalam pekerjaan, jika tim kerjanya tidak termotivasi untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Untuk itu, hal tersebut merupakan suatu tanda bagi para pemimpin untuk secara terus menerus mencari cara untuk membangun keterikatan secara emosional dan membangkitkan semangat juang dan komitmen terhadap organisasi dan tujuannya.
Fakta berbicara bahwa seseorang termotivasi untuk melakukan sesuatu pada bidang atau minatnya yang paling dominan. Jadi... terkait dengan cara pemimpin membangun motivasi tim kerjanya adalah dengan membantu tim kerja untuk mengidentifikasi kenyamanan bekerja dalam organisasinya. Jika hal ini dapat dilakukan, maka karyawan akan merasa termotivasi secara alami untuk bekerja keras atau bahkan bekerja dengan cerdas, karena mereka melakukan pekerjaan pada bidang yang sesuai dengan minat dan pengetahuannya.
Coba bayangkan...!!! Kapan kita merasa amat sangat bergairah dalam bekerja..? Pada sebagian orang, gairah bekerja muncul dari keterlibatan dalam sebuah project yang memberikan tantangan tersendiri, yaitu project yang secara pribadi kita terlibat didalamnya secara maksimal atau dimana kita merasa yakin bahwa kita dapat membuat suatu perubahan atau perbedaan dan menyelesaikannya untuk sebuah tim kerja atau orang lain.
Untuk itu ketahuilah alasan-alasan yang dapat mendukung kita memberikan motivasi kepada tim kerja atau bawahan dengan menjawab pertanyaan "Why your employee would want to be motivated by you" .
Kata Mutiara :
Men and women want to do a good job, a creative job,
and if they are provided the proper environment, they
will do so.
Bill Hewlett, Co-founder, Hewlett-Packard
=========================================================================== This email is confidential. If you are not the addressee tell the sender immediately and destroy this email without using, sending or storing it. Emails are not secure and may suffer errors, viruses, delay, interception and amendment. The Trakindo Group of Companies do not accept liability for damage caused by this email and may monitor email traffic. Unless expressly stated, any opinions are the sender's and are not approved by the Trakindo Group of Companies and this email is not an offer, solicitation, recommendation or agreement of any kind. =========================================================================== |
Ditulis Oleh : James Gwee
Beberapa waktu yang lalu saya memberikan pelatihan mengenai sikap kerja di sebuah hotel berbintang lima di Singapura. Salah satu peserta pelatihan adalah Pak Lim, seorang pria berusia 60 tahunan yang bekerja di hotel tersebut. Bagi saya pekerjaan sehari-hari Pak Lim sangatlah monoton dan membosankan. Setiap hari, dengan membawa sebuah daftar, dia mengecek engsel pintu setiap kamar hotel.
Saya akan menceritakan sedikit bagaimana tugas Pak Lim sebenarnya. Pak Lim memulai rangkaian tugasnya dengan mengecek engsel pintu pintu kamar 1001 dan memastikan bahwa engsel dan fungsi kunci pintu berfungsi dengan baik. Pengecekan yang dilakukannya bukanlah pengecekan "seadanya", namun pengecekan yang saksama di setiap engsel dan memastikan bahwa setiap pintu bisa dibuka-tutup tanpa masalah.
Untuk mengecek satu pintu saja, Pak Lim berulang kali membuka dan menutup pintu tersebut hanya untuk memastikan bahwa semuanya berfungsi dengan baik. Barulah setelah puas, dia memberi paraf pada daftar yang dibawanya dan mengecek pintu kamar berikutnya, kamar 1002, dia melakukan hal yang sama, begitu seterusnya. Dalam sehari, Pak Lim bisa mengecek pintu 30 kamar.
Anda tentu bertanya, berapa hari waktu yang dibutuhkan Pak Lim untuk mengecek pintu semua kamar di hotel itu. kurang lebih sebulan! Tidak mengejutkan sebenarnya karena hotel berbintang lima ini memiliki sekitar 600 kamar. Tugas pengecekan Pak Lim dapat diibaratkan sebagai lingkaran. setelah pintu kamar terakhir selesai dicek, Pak Lim akan kembali lagi ke kamar pertama, kamar 1001.
Rangkaian tugas ini terus berjalan seperti itu, dari hari ke hari, bulan ke bulan,tahun demi tahun. Pekerjaan semaca ini jelas merupakan pekerjaan monoton, tanpa variasi dan membosankan! Saya sendiri tidak habis pikir, bagaimana mungkin Pak Lim masih bisa cermat dan teliti mengecek setiap engsel pintu dalam menjalani tugas yang membosankan ini. saya membayangkan, seandainya
saya sendiri yang diminta melakukan hal semacam ini, mungkin saya akan memeriksa setiap engsel sekedarnya saja.
Karena sangat penasaran, suatu hari saya bertanya kepada Pak Lim apa yang sebenarnya membuatnya begitu tekun menjalani pekerjaan rutin itu. Jawabannya sungguh diluar dugaan saya. Dia mengatakan," James, dari pertanyaan Anda, saya bisa menyimpulkan bahwa Anda tidak mengerti pekerjaan saya. Pekerjaan saya bukan sekedar memeriksa engsel, tetapi lebih dari itu.
Begini. Tamu-tamu kami di hotel berbintang lima ini jelas bukan orang sembarangan. Mereka biasanya adalah Kepala Keluarga, CEO sebuah perusahaan, Direktur atau Manajer Senior. Dan saya tahu mereka semua jelas bertanggung jawab atas kehidupan keluarga mereka, dan juga banyak karyawan dibawahnya yang jumlahnya mungkin 20 orang, 100 atau bahkan ribuan orang.
"Nah, kalau sesuatu yang buruk terjadi di hotel ini, misalnya saja kebakaran dan pintu tidak bisa dibuka karena engselnya rusak, mereka bisa meninggal di dalam kamar. Akibatnya bisa Anda bayangkan, pasti sangat mengerikan, bukan hanya untuk reputasi hotel ini, tetapi juga bagi keluarga mereka, karyawan yang berada di bawah tanggungan mereka. Keluarga mereka akan kehilangan sosok Kepala Keluarga yang menafkahi mereka dan karyawan mereka akan kehilangan sorang pimpinan senior yang bisa jadi mengganggu kelancaran perusahaan. Sekarang Anda mungkin dapat mengerti bahwa tugas saya bukan sekedar memeriksa engsel, tapi menyelamatkan Kepala Keluarga dan Pimpinan unit bisnis sebuah perusahaan. Jadi, jangan meremehkan tugas saya."
Saya benar-benar terperangah mendengar penjelasan panjang lebar Pak Lim. Dari situlah saya mengerti bahwa jika seseorang tahu benar makna dibalik pekerjaannya, dia akan melakukan pekerjaannya dengan bangga, dengan senang hati, dengan penuh tanggung jawab. Sebaliknya, seandainya saja Pak Lim tidak mengerti makna pekerjaannya, dia akan mengatakan bahwa tugasnya hanya sebagai tukang periksa engsel.
Sekarang, coba tanyakan pada diri sendiri. Apakah anda tahu benar makna di balik pekerjaan Anda? Katakanlah Anda adalah seorang Staff, Kepala Bagian, Manajer unit bisnis, apakah Anda tahu makna dibalik pekerjaan anda sebagai seorang Staff, Kepala Bagian atau Manajer?
Ingatlah bahwa jika seorang tahu makna pekerjaannya, dia pasti akan melakukan pekerjaan dengan rasa bangga, dan yang terpenting, dia akan membuat pekerjaannya penuh arti, bagi dirinya, bagi keluarganya dan bagi perusahaannya.
Read More...
Suatu kali seorang supervisor menyapa saya yang sedang asik cari informasi di internet mengenai penyedia layanan database tenaga kerja, “Lagi apa mas…?, kayanya sibuk nih….?” Sapanya. “Ah…biasa saja, saya sedang cari informasi tentang layanan database tenaga kerja… untuk pemenuhan kebutuhan divisi kita, khususnya posisi sales yang turn over nya sangat tinggi…, pemenuhan kebutuhan kemarin…” canda saya.
Setelah basa-basi yang akhirnya pasti basi…, sang supervisor membuka pembicaraan tentang adanya kesempatan untuk menduduki posisi manager yang ditawarkan oleh seorang kepala cabang. Wah..siapa yang bisa nolak kalau ada posisi diatasnya ditawarkan kepada kita, naluri seorang pekerja menganggap ini adalah suatu kesempatan untuk mengaktualisasikan diri lebih jauh lagi dan tantangan untuk membuktikan kemampuan memimpin bagian dari organisasi yang lebih besar, selain tentunya jenjang karir yang semakin baik.
Sebagai seorang pekerja SDM, kerennya orang HRD, Human Resource & Development. Ada lagi yang menyebutnya Hire and Resign Departement :) …, melihat hal ini adalah hal yang biasa terjadi dalam organisasi dan saya sangat mendorong agar sang supervisor ini bisa mendapatkan posisi ini, tentunya setelah semua pihak menyetujui. Namun, kendala yang dihadapi sang supervisor adalah atasannya tidak merestui kepindahaan ini dengan alasan masih memerlukan sang supervisor dengan segala macam alasannya dan menghibur dengan rencana akan mendevelop sang supervisor untuk posisi managerial sebagai penggantinya yang nota bene memang dalam 3 tahun kedepan akan pensiun.
Setelah diskusi cukup panjang mengenai aktivitas pekerjaan sang supervisor dan organisasinya, saya melihat bahwa sebenarnya restu atau tidak restunya seorang atasan untuk melepaskan bawahannya yang potensial ketempat lain lebih dikarenakan adanya ketergantungan seorang atasan pada bawahannya dalam melaksanakan pekerjaan, terlebih kalau pekerjaan tersebut sifatnya fire fighting. Terlepas dari peran seorang atasan untuk dapat mengusung bawahannya ke posisi yang lebih baik (menjalankan fungsi people development), ketidaksiapan atasan ini sangat beralasan untuk tidak melepasnya segera atau bahkan tidak sama sekali meskipun hal ini sangat diharapkan oleh seorang bawahan untuk mengembangkan karirnya dalam organisasi.
Mengapa hal ini terjadi…? Dan faktanya cukup banyak hal ini terjadi, apalagi kalau bawahan tersebut merupakan “orang kepercayaannya” dan tuntutan profesionalisme (rasa tanggung jawab) yang tidak menyarankan kita pindah dengan menutup mata terhadap posisi yang kita tinggalkan tanpa seorang suksesor (meskipun ini menjadi tanggung jawab atasan juga).
Dilihat dari sisi bawahan, hal ini terjadi karena seorang bawahan TERLENA dengan ritme dan suasana kerja dalam mencapai target yang ditetapkan oleh organisasi,saking asiknya dan terlenanya, kita tidak pernah berpikir sekiranya ada kesempatan atau tawaran dari pihak lain, apakah posisi kita bisa ditinggal begitu saja dan organisasi menjamin transfer knowledge bisa berjalan dengan mekanisme yang ada…?. Kalau jawabannya tidak, maka peran proaktif kita sangat besar menentukan kesempatan atas tawaran itu bisa disetujui oleh atasan dengan cara menyiapkan segala instrumen dalam bentuk knowledge management dan akan lebih baik lagi jika memiliki suksesor.
Kesimpulannya, menjadi orang yang tak tergantikan dalam organisasi juga dapat berdampak buruk dalam hal merespon kesempatan atau tawaran ke posisi lain yang lebih tinggi di dalam organisasi yang sama, selain itu kita juga tidak pernah tau kapan kesempatan atau tawaran diatas itu menghampiri kita. Yang pasti…jangan sampai kita dibangunkan dari keterlenaan oleh kesempatan atau tawaran yang tiba-tiba ada didepan mata, khususnya kesempatan atau tawaran di dalam organisasi yang sama.
Wake up guys….!!! Please share your comment or idea on how to solve this case in your organization. Feel free and this article is only a represent of my thought and release “unek-unek” that may be not suit to others, but at least could be reference to prepare anything to be better.
Read More...
One issue that our subconscious has is that it cannot process negative thoughts. In other words if I were to say to you now…
“Don’t think of a blue duck”
What do you think of? That’s right…
A blue duck.
We commonly make this very mistake with children. Let’s say they have a glass of milk and we say, “Don’t spill that milk.” What happens next?
Of course, in order to think of not spilling the milk they have to first think of spilling it. That’s the exact same time that your carpet gets ruined!
If one small statement like this can have an impact, imagine what happens when we have months or even years of conditioning. Once we realise that our subconscious cannot differentiate between a negative and positive statement it becomes clear why we tend to fail with the goals we set ourselves.
Picture the person that decides to lose weight, every time they look in the mirror they think ‘fat, fat, fat’. Each time they open the fridge they think ‘don’t eat this, don’t eat that.’ Their subconscious is only hearing fat, fat, fat as if that is the way things should be and if it’s receiving a message of ‘don’t eat’ and it can’t process negative thoughts, what is the message it’s getting?
…Eat, exactly. So with this one typical example we realise how our desire to get fit can become an exercise in getting bigger.
You may not even realise it when you use negatives words and phrases. Regardless, if you use them enough, they can condition you to think negatively, too. Before you know it, little negatives will clutter up your mind, as well as your conversation.
You now know that our subconscious needs positives to work on and if you want positive outcomes, then you must…
FOCUS ON WHAT YOU WANT, NOT WHAT YOU DON'T
Read More...
Business Process Outsourcing: The Perfect Solution for Your Business
by: John Ugoshowa (http://www.quickregister.net/partners/ )
The business process involves a lot of things. It will involve every aspect of your company in order to let your company operate smoothly and efficiently. It will involve business tasks, such as marketing, payrolls, help desks, management, human resources and more.
In the past, handling all these can be easy. But because of the growing demands in businesses today, you have to consider that it will be difficult for your company to cope up with today's competitiveness in the business world. Your company should maximize its resources in order to remain competitive with other companies.
This would be impossible or very expensive if you handle every business process involved. This is why many companies are now considering outsourcing their business process.
Business process outsourcing is one of the most popular and the most cost-efficient business solution that you can ever make. By contracting other companies to do a specific business task, you will be taking off extra work involved in your company and focus more on important aspects in running your business.
For example, making payrolls can be time consuming. It will involve computation of salaries of every employees and it will also involve taxes. You can hire your own employees to do the payroll for you. But, this will only add to the expenses that your company is making. Your target would be to decrease overall expense in your company. So, in order to save money, you have to outsource this particular business process to companies that accepts outsourcing.
Another example would be the help desk. Every company that manufactures products needs one. This particular business process is a way to communicate with your clients and know about their feedback in your products and it is also a way to assist your clients in case they encounter difficulty with your product. Creating a help desk department may prove to be too costly. It will involve everything from hiring additional employees and purchasing all the necessary tools you need to create an efficient and working help desk.
Today, there are available call center companies that will be able to provide a help desk for you. They will be the one who will answer your calls and generate reports regarding each caller and providing the reports for your company.
During Interview
• Self Confidence
• Smile and Keep eye contact (NO STARRING)
• No "umm.."
• Relax but respectful
• Honest & to the point
• Courteous & well-mannered
• Observe the Interviewer
After Interview
• Ask the time of follow-up[
• Say Thank you
• Leave the room in no hurry
• Send a thank you note
Do
• Arrive at least 15 minutes early
• Fill out the application form neatly and completely
• Firm shake hands & greet the Interviewer
• Walt until you are offered a chair before sitting
• Sit properly
• SMILE
• Show enthusiasm
• Shake hand and say 'Thank You"
Don't
• Don't debate the Interviewer
• Don't stare at the interviewer too long
• Don't be hysterical
• No chewing, eating
• Don't 'over answer' questions
• Don't enquire about SALARY orBONUSES
• Don't exaggerate
• Don't answer with a simple "yes" or "no"
How to Dress to Interview
• Keep your shoes in good condition
• Hair should be neatly styled
• Make up should be subtle
• Nails should be clean, neat and reasonable length
• Dress for the Job you want
• Avoid bright, flashy colors and patterns
• Keep jewelry to a minimum
• Avoid wearing strong perfume or cologne
=========================================================================== This email is confidential. If you are not the addressee tell the sender immediately and destroy this email without using, sending or storing it. Emails are not secure and may suffer errors, viruses, delay, interception and amendment. The Trakindo Group of Companies do not accept liability for damage caused by this email and may monitor email traffic. Unless expressly stated, any opinions are the sender's and are not approved by the Trakindo Group of Companies and this email is not an offer, solicitation, recommendation or agreement of any kind. =========================================================================== |
Keith H. Hammonds' 2005
Fast Company cover story article "Why We Hate HR" brought attention to and sparked heated debate concerning the his perspective concerning the current state of human resource management as a viable profession. In presenting his view of concerning the value and professional caliber of HR professionals Hammond states "Most HR organizations have ghettoized themselves literally to the brink of obsolescence. They are competent at the administrivia of pay, benefits, and retirement, but companies increasingly are farming those functions out to contractors who can handle such routine tasks at lower expense. What's left is the more important strategic role of raising the reputational and intellectual capital of the company — but HR is, it turns out, uniquely unsuited for that."
Here's why. HR people aren't the sharpest tacks in the box. If you are an ambitious new graduate from a top college or B-school with your eye on a rewarding career in business, your first instinct is not to go into human resources (at the University of Michigan's Ross School of Business, which arguably boasts the nation's top faculty for organizational issues, just 1.2% of 2004 grads did so). Says a management professor at one leading school: "The best and the brightest don't go into HR."
Who does? Intelligent people, sometimes — but not business people. "HR doesn't tend to hire a lot of independent thinkers or people who stand up as moral compasses," says Garold L. Markle, a longtime human-resources executive at Exxon and Shell Offshore who now runs his own consultancy. "Some are exiles from the corporate mainstream: They've fared poorly in meatier roles — but not poorly enough to be fired. For them, and for their employers, HR represents a relatively low-risk parking spot."
Hammonds' indictment of HR professionals' value and professional caliber raises questions concerning the viability and validity of his positions on these, as well as related, topics.
What do you think?
Read More...Untuk memudahkan dalam mengkomunikasikan rencana penerapan outsourcing kepada departemen lain, maka sebaiknya dibuatkan ketentuan pelaksanaan. Pengalaman saya ada beberapa hal yang dapat dicantumkan dalam ketentuan tersebut, antara lain :
- Latar belakang
- Tujuan
- Proses pengadaan / pemilihan perusahaan outsourcing, ada beberapa tahap yang perlu dijalankan yaitu perencanaan tenaga kerja outsource biasanya dijalankan bersamaan dengan perencanaan tenaga kerja regular. pelaksanaan pekerjaan. Apakah dengan cara pemborongan atau supply tenaga kerja.
- Selanjutnya analisa kelayakan perusahaan outsource, dalam tahap ini merupakan pemeriksaan legalitas badan hukum dan keabsahan perijinan
- Penetapan jenis pengalihan pelaksanaan pekerjaan dan jenis-jens pekerjaannya
- Syarat-syarat khusus, biasanya disini dibahas hal lain misalnya masalah seragam, penggunaan alat bantu kerja dan logo perusahaan.
- Kontrak kerja
- Laporan dan evaluasi
Selamat ber-outsource secara manusiawi ....!!! Read More...
Berikut adalah lanjutan posting saya sebelumnya mengenai Penerapan Outsourcing, mudah-mudahan bisa dijadikan referensi bagi rekan-rekan pembaca.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan outsourcing, antara lain :
- Identifikasi bisnis inti dari usaha dan menetapkan dalam sebuah statement tentang core bisnis tersebut, hal ini tentunya untuk dapat memastikan tidak melanggar pelaksanaan outsourcing yang telah ditetapkan oleh Undang-udang dan peraturan pelaksanaannya. Referensi tentang undang-udang dan peraturannya adalah :
b. KEPMENAKERTRANS No. 101 Tahun 2004
c. KEPMENAKERTRANS No. 220 Tahun 2004
- Analisa Cost & Benefit. Dalam penerapan ini sangat perlu membuat analisa ini, untuk memastikan bahwa penerapan outsourcing mencapai sasaran. Secara umum sasaran yang ingin dicapai perusahaan yang menerapkan outsourcing antara lain : Pertama, Konsentrasi pada bisnis utama, misalnya seperti PT. Newmont di Batu Hijau dan PT. Freeport di Tembagapura, untuk pengoperasian dan maintenance alat berat diserahkan kepada salah satu perusahaan alat berat ternama di Indonesia, ke dua, Menciptakan efisiensi dalam pengelolaan bisnis, dengan diserahkan kepada pihak ke 3 melalui proses tender maka para perusahaan outsource ini akan berupaya se efisien mungkin dalam melakukan pekerjaan baik dari segi waktu maupun biaya. Ini pasti berdampak pula kepada perusahaan pemberi kerja...(tapi harus diingat bahwa perusahaan outsource ini pun haru yang profesional), ketiga, Management lebih fokus pada pengembangan karyawan untuk pekerjaan bisnis inti. Dalam hal ini perusahaan tak perlu lagi memikirkan pelatihan dan pengembangan dari karyawan yang bukan merupakan pekerjaan yang berkaitan langsung dengan bisnis inti perusahaan, karena hal ini sudah menjadi tanggung jawab dari perusahaan outsourcing tersebut.
- Penentuan perusahan outsourcing. Dalam praktik bisnis yang terkait dengan hukum pemilihan perusahaan sangat disarankan yang berbentuk badan hukum Perusahaan Terbatas (PT), mengingat sifat dari kewajiban dari badan hukum ini adalah terbatas, artinya bahwa dalam hal terjadi kepailitan maka penyitaan atas asset hanya sebatas yang dimiliki oleh badan hukum tersebut saja namun kalau yang dipilih adalah CV, maka sifat dari kewajiban atas badan hukum ini adalah tidak terbatas dimana kewajiban nya akan bersifat tanggung renteng terhadap kekayaan si pemilik atau bahkan pada perusahaan pemberi kerja. Wah...kalau sudah begini..hati-hati jika terjadi dispute dengan karyawan dampaknya bisa sampai pada pemberi kerja. Maksudnya mau effisien malah pusing nanganin masalah yang tanpa disadari menjadi tanggung jawab perusahaan pemberi kerja, hanya kerena kita keliru memilih perusahaan outsourcing..
Tahun 2006 banyak perusahaan yang menerapkan metode outsourcing sebagai salah satu metode untuk meningkatkan effiisiensi perusahaan dan berkonsentrasi pada core bisnisnya. Apakah benar bahwa outsourcing ini merupakah salah satu langkah untuk bereffisiensi ria...?
Merujuk pada undang-undang No. 13 Tahun 2003 pasal 64, 65 dan 66 yang merupakan induk dari Kep. Men yang mengatur tentang pelaksanaannya, yaitu Kep. Men. No. 220 Tahun 2004, Kep. Men 101/MEN/VI/2004 ternayata banyak perusahaan penyedia jasa tenaga kerja / outsourcing yang belum memenuhi legalitasnya, namun bukan berarti tidak ada perusahaan yang comply kepada aturan yang sudah dibuat pemerintah. Cukup banyak juga dan bahkan menjunjung tinggi profesionalisme dengan memberikan remunerasi dan kesejahteraan yang relative sama dengan perusahaan pemberi kerja.
Kalau ditelaah lebih jauh ternyata, penerapan outsourcing yang benar memiliki konsekwensi dari peningkatan biaya, namun memberikan waktu yang lebih luas bagi perusahaan untuk memikirkan core bisnisnya, atau pengembangan orang-orang yang kompeten agar mereka dapat memberikan kontribusi lebih dari apa yang diberikannya saat ini. Misalnya perusahaan memikirkan secara mendalam program pengembangan karyawan yang masuk dalam kategori STAR, mempersiapkan succession planning perusahaan dalam jangka waktu 5 tahun kedepan.
Dalam buku HR In The Knowledge of Economy, peran HR sudah lebih jauh lagi dikembangkan, salah satunya menjadi Knowledege Facilitator. Perannya sudah lebih strategik yang mengarahkan mengelola intangible asset, yaitu pengetahuan dan si pemilik pengetahuan ini (karyawan).
Outsourcing merupakan kata yang menjadi momok pada sebagai masyarakat kita, posisinya berada satu level dibawah perusahaan pemberi kerja. Padahal banyak pekerjaan yang dibungkus dengan sistem kerja outsourcing ini, misalnya saja pembuatan pos des atau job des yang dikerjakan oleh konsultan, hanya saja kata yang membungkus sitem kontrak kerja itu adalah konsultan sehingga terkesan lebih keren.
Bagi perusahaan yang akan melakukan penerapan outsourcing pada salah satu departemen, sebaiknya carilah perusahaan outsourcing yang profesional yang dapat memberikan jaminan kesejahteraan yang paling tidak sama dengan karyawan pemberi kerja. Satu indikasi bahwa perusahaan penyedia jasa tenaga kerja yang tidak profesional adalah menarik keuntungan dari gaji karyawanya. Hati-hati dengan perusahaan seperti ini, mungkin anda akan membayar lebih sedikit tapi anda tidak akan pernah mendapatkan loyalitas mereka pada pekerjaannya atau posisinya yang nota bene berkerja untuk perusahaan anda. Yang mungkin saja anda membayar lebih kecil untuk kerugian yang lebih besar.
Bagaimana penerapannya di perusahaan anda...?
Read More...